KODOK MAKAN ANGSA
Wanita muda naik ke atas panggung, kakinya bergoyang seperti di tiup angin, berderap seirama detak jantung. Putih, mulus menggambarkan lengan aduhai serta tungkai kaki panjang yang menggoda.
Lekukan menawan pada pinggang, bongkahan besar membentuk pantat, dua daging bergerak turun-naik bergantian ketika berjalan, menggoda siapapun untuk memegang melembutan, melekatkan dirinya ke dekapan.
Dan paling parah adalah dadanya, gaun merah darah yang hanya menutup setengah bagian, mempertontonkan dua gunung, satu lembah. Tampak dua bola putih beradu ingin melompat keluar baju. Menghipnotis setiap pasang mata dari kaum Adam agar tetap memandang setiap inchi tubuhnya.
"Tujuh dari sepuluh." Gumam Hiro pelan dari kursi.
Sofia menatap anaknya kemudian bertanya, "Apa yang kau maksud dengan tujuh dari sepuluh?"
"Hanya menilai wanita itu." jawab Hiro sekenanya.
"Ai ... " Sofia hilang kata-kata. Seorang bocah tiga tahun menilai kecantikan wanita dewasa, bukankah hal ini terlalu berlebihan?
" ... "
"Ibu, jika aku memilih sesuatu, maka tidak peduli harganya selangit, Ibu harus mendapatkan hal itu untukku. Ibu telah berjanji."
Sofia tiba-tiba merasa bahwa mengajak Hiro ke gedung lelang adalah suatu kesalahan.
"Ibu ... "
"Ya, kau bebas memilih tiga hal. Ibu akan berusaha membelinya." sahut Sofia pasrah.
Lelang dimulai, Item telah di keluarkan. Para pembeli mulai menawarkan harga. Seperti kebiasaan, item-item yang keluar pada awal pelelangan adalah item biasa, sedikitpun tidak menarik minat Hiro. Bocah kecil itu masih menunggu sesuatu yang dapat menggelitik hatinya. Dan jika ada yang bertaruh pada item yang telah dia tetapkan untuk menjadi milik, siap-siap saja kecewa.
Dan jika ada yang bertaruh pada item yang telah dia tetapkan untuk menjadi milik, siap-siap saja kecewa
Luca adalah seorang yang berasal dari sekte pedang langit. Dia selalu dimanja oleh pamannya yang seorang tetua sekte. Hal ini mengakibatkan Luca besar kepala. Menggertak orang adalah kebiasaannya. Menggunakan nama besar sekte langit biru, Luca selalu berhasil mendapatkan sesuatu yang dia inginkan, baik itu barang maupun orang!
Kali ini, Luca mendengar bahwa Golden River mengadakan lelang. Berkat koneksi pamannya, dia berhasil mendapatkan kartu VIP Golden River, dimana seseorang yang memiliki kartu tersebut memiliki hak untuk memperoleh kursi kehormatan, juga mendapatkan diskon 10% pada setiap item yang dibeli.
Lelang telah dimulai lama, namun Luca baru saja memasuki gedung Golden River. Didampingi sepuluh murid sekte di bawah asuhan pamannya, mereka bertugas sebagai pengawal pribadi Luca. Setiap orang akan melihat dia dan berpikir, ini adalah tuan muda kaya, sang duke perkasa atau mungkin seorang aristokrat negara.
Dengan jubah biru panjang membungkus tubuh jangkung, pedang bergelayutan di pinggang, dia melangkah ringan sambil tertawa.
"Golden River hidup bersama reputasinya! Bahkan item yang dikeluarkan di pertengahan lelang menyilaukan mata!" seru Luca membuat seluruh ruangan hening sekejap.
"Berani sekali dia berteriak di sini."
"Dia pasti seorang yang penting."
"Kau bahkan tidak tahu, dia adalah si kejam Luca!"
"Jika kau tidak ingin mati cepat, jangan coba-coba cari perkara! Lihatlah orang-orang kekar di belakangnya."
"Bukankah jubah itu hanya bisa di pakai oleh seorang murid inti sekte pedang langit?"
" ... "
Orang-orang mulai berbisik ria. Baik di kehidupan Bumi maupun Tera, terlepas dari dua peradaban berbeda serta dunia yang terpisah. Manusia selalu menyukai bergosip! Mulai dari satu mulut ke sepuluh pasang telinga, lalu sepuluh berlanjut seratus. Dan akhirnya satu kota akan tahu.
Memang benar kata orang bijak, ada dua cara cepat untuk terkenal, menjadi pahlawan atau penjahat.
Hiro sekilas melihat ke arah Luca yang telah duduk di kursi VIP dan mengembangkan senyum merekah. Di belakangnya, sepuluh murid Pedang Langit berdiri layaknya bodyguard profesional. Melihat tingkah Luca yang seolah mempertontonkan dominasi, Hiro menatap tidak suka.
Ngengat pada dasarnya bodoh, bahkan jika ia tahu bahwa api dapat membakar mereka menjadi abu, tetap saja mereka terbang ke arah api!
Seperti Luca, melihat tidak jauh dari dirinya, duduk seorang wanita cantik jelita. Dengan tubuh aduhai menggoda dan wajah bagai malaikat dari surga. Otak Luca yang terletak di pangkal paha tidak bisa menyembunyikan maksudnya. Apalagi melihat bahwa wanita cantik jelita hanya duduk dengan seorang anak kecil tanpa pengawalan apa-apa.
'Itu pasti adiknya.' Pikir Luca dalam hati.
Bahkan Luca sebenarnya tidak bersalah dalam hal tebakan konyol ini. Dari penampilan Sofia, semua akan mengira bahwa Hiro adalah adiknya.
Sofia terlihat sangat muda, layaknya seorang gadis enam belas tahun. Polos dan menggoda seperti teratai biru baru mekar pada pagi hari. Tidak ada yang menyangka, bocah yang dia bawa adalah anaknya!
Bahkan tubuh Hiro telah bertumbuh sedemikian rupa, siapa yang tahu dia hanya balita berusia tiga? Yang mereka lihat adalah seorang anak kecil kira-kira lima atau enam tahun berjalan-jalan dengan kakaknya yang berumur enam belas tahun.
"Nona disana, siapa namamu?" Luca bertanya, sementara matanya sibuk menjelajahi tubuh kurus Sofia, menaksir besaran dada, putih kulitnya dan mengagumi indah wajahnya.
Bahkan sebelum Sofia bereaksi, Hiro telah melemparkan kata, "Tidak baik seekor kodok ingin memakan angsa."
"Hei bocah, aku hanya ingin mengetahui nama kakak cantikmu! Apakah kau tidak melihat niat baik tuan muda ini? Jika kau menjadi adik ipar masa depanku, hidupmu akan terjamin." Menjawab hinaan Hiro, Luca tetap mempertahankan kebanggaannya sebagai seorang murid inti sekte Pedang Langit, Luca menebak bahwa di dalam kota Rucci, tidak ada yang bisa menandingi kekuatan serta ketenarannya. Apa yang dia inginkan di sini, akan dia ambil tanpa mempertimbangkan siapa yang tersinggung nantinya.
Prajurit Dragonblood bergerak cepat, melihat Luca sebagai potensi masalah. Dalam detik berikutnya dia akan kehilangan kepala. Namun setelah melihat kode tangan Sofia, mereka berhenti dan hanya menonton tuan muda mereka bermain bodoh.
Sofia juga ingin melihat, apa yang akan di lakukan anaknya terhadap orang-orang bodoh yang mengingini dirinya. Jangankan sekte Pedang Langit. Bahkan seluruh kekaisaran gemetar di bawah kaki suaminya. Lalu siapa orang gila yang berani mengingini Sofia? Bukankah sama saja dengan membeli tiket ke neraka?
Di lain sisi, Hiro tertawa terbahak-bahak menahan perutnya.
Menyipitkan mata, Luca tersinggung dengan tindakan Hiro yang jelas-jelas memprovokasi dirinya.
"Apa yang kau tertawakan bocah? Segera berlutut minta maaf sekarang atau kau dan keluargamu akan menyesal!"
"Anak kecil, kau bahkan belum melihat besarnya langit dan sudah berani menyinggung murid inti sekte kami. Kau hanya mencari mati!"
"Segera berlutut dan minta maaf, maka kami akan membiarkanmu hidup!"
"Dia hanya anjing kecil. Tuan muda, apa yang kau tunggu, perintahkan kami dan kami akan membunuhnya lalu merebut kakaknya untuk di jadikan selirmu."
"Tidak-tidak, adiknya telah menghina tuan muda, dia tidak pantas menjadi selir, hanya menjadikan dia seorang budak. Itu lebih baik!"
Suara-suara sumbang dari para pengawal Luca mulai bergema. Menjilat pantat pada dasarnya keahlian mereka. Demi lebih dekat dengan Luca, kesepuluh pengawal pribadinya sering beradu lidah, jilatan siapa yang paling nikmat!
Mendengar pengawalnya mengutuk Hiro, Luca tertawa senang. "Bahkan pengawalku ingin membunuhmu. Namun, pada dasarnya aku adalah seorang yang dermawan. Hanya meminta maaf dan berlutut. Oh sebenarnya tidak perlu berlutut dan meminta maaf, cukup kakak cantikmu mengikutiku pulang ke rumah malam ini maka semua akan baik-baik saja."
Sofia tersenyum, melihat anaknya dan berbisik, "Apakah kamu ingin bermain serigala menyamar sebagai domba?"
Sejak awal kericuhan, sebenarnya prajurit bayaran yang di sewa Golden River telah bergerak untuk bertindak, namun setelah kode tangan Sofia, mereka tiba-tiba dihentikan oleh orang-orang aneh yang kecepatan serta kekuatannya luar biasa.
"Jika kau mengingini wanita di sampingku, kau harus bertarung satu lawan satu denganku. Jika aku kalah, maka kau bebas mengambilnya, itupun jika kau memiliki kemampuan." ejek Hiro.
Mendengar tantangan Hiro, semua orang bahkan mencibir kenekatannya.
"Siapa dia, seorang bocah menantang murid inti Pedang Sekte."
"Apakah dia bosan Hidup?"
"Beraninya kau menantang tuan muda!"
"Bocah, jangan salahkan kami jika kami bertindak kasar!"
"Mari kita lihat setinggi apa arogansimu bocah!"
Mendengar komentar dari berbagai pihak, Hiro hanya seperti bensin yang menambah nyala api.
"Apakah kau tidak berani?"
Apakah Luca tidak berani melawan anak kecil? Dia adalah murid inti dari sekte Pedang Langit! Walau dia bukan seorang jenius. Kultivasi budidaya beladirinya telah mencapai tahap empat!
"Hati-hati bocah, kau hanya mencari mati." Luca maju dengan bangga ke arah Hiro. Sementara Hiro telah mengangkat tangannya dan membentuk gerakan meteor fist.
"Jika kau bisa menerima tiga seranganku, kau menang!" seru Luca lalu melemparkan tapak kerasnya.
Tapak Luca bertemu dengan tinju Hiro, menyebabkan bunyi dentuman keras.
Bam!
Pertempuran telah di mulai.
Comments
Post a Comment